Jumat, 16 September 2011

delapan keterampilan dasar mengajar

BAB I PENDAHULUAN


LATAR BELAKANG
        Pada saat sekarang ini kita bisa menyaksikan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia tentunya berbeda-beda. Ada yang semakin berkembang dan ada pula yang lamban dalam perkembangannya. Seperti yang kita saksikan di televisi banyak sekali guru-guru yang menjalankan tugasnya sebagai pengajar tapi hanya menjalankan tugasnya saja. mereka masih kurang menyadari bahwa pengajaran kepada siswa-siswi harus lebih diperhatikan, karena itu akan menyangkut masa depan mereka dan masa depan Negara kita. Apabila pemerintah membiarkan hal tersebut terus berlanjut maka dampak negatif yang akan melanda negeri ini. kita akan tertinggal jauh dari Negara lain. Mereka akan menjajah kita dengan cara-cara mereka. oleh karena itu penulis mengharapkan agar pemerintah segera menindaklanjuti masalah ini.
            Permasalahan-permasalahan yang dibicarakan di atas tentunya menjadi pelajaran bagi kita semua khusunya pengajar agar tidak menyia-nyiakan tugas sebagai pengajar. Nah, untuk memperoleh semua itu tidaklah semudah membalik telapak tangan. membutuhkan perjuangan yang panjang. kesabaran dan ketekwaan kepadan tuhan juga sangat penting.
        Oleh karena itu penulis membuat makalah ini untuk menjelaskan satu dari sekian banyak permasalahan yang sudah dijelaskan di atas. pembuatan makalah ini diharapakan dapat membantu pemerintah dalam menyelsaikan permasalah khususnya pada dunia pendidikan di Indonesia. Itulah yang menjadi latar belakang penulis mengangkat masalah ini.
Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari keterampilan dasar mengajar...?
2.      Apa konsep dasar dari prilaku belajar..?
3.      Ada berapak jenis keterampilan dasar mengajar..?
4.      Apa pengertian dan fungsi mengajar..?
Tujuan
1.      Para pengajar diharapkan dapat memahami dasar keterampilan dasar mengajar.
2.      Agar dapat mengidentifikasi jenis-jenis keterampilan dasar mengajar
3.      Agar terampil dalam menerapkan setiap jenis keterampilan dasar mengajar untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran.
BAB II PEMBAHASAN
 Keterampilan Dasar Mengajar

Guru merupakan sosok yang digugu dan ditiru, begitulah falsafah yang sering kita dengar. Program kelas tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan menjadi kegiatan. Untuk itu peranan guru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan diantara murid-murid suatu kelas . Secara etimologi atau dalam arti sempit guru yang berkewajiban mewujudkan suatu program kelas adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau kelas.
Secara lebih luas guru berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak untuk mencapai kedewasaan masing-masing dalam berpikir dan bertindak. Guru dalam pengertian terakhir bukan sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi  pengetahuan tertentu, akan tetapi adalah anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kratif dalam mengarahkan perkembangan akan didik nya menuju sebuah cita-cita luhur mereka. Untuk mencampai hal tersebut diatas maka dibutuhkan ketrampilan-ketrampilan dasar seorang guru dalam mengajar.
Sebelum kita membahas tentang keterampilan dasar mengajar maka kita harus memperhatikan terlebih dahulu prinsip dasar dalam proses mengajar.
A.    Konsep Dasar Perilaku Belajar
a) Pengertian Belajar
Di kalangan ahli psikologi terdapat keragaman dalam cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar, akan tetapi secara implisit maupun secara eksplisit pada akhirnya terdapat kesamaan makna, bahwa definisi maupun konsep belajar itu menunjukan kepada suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.
b) Beberapa Karakteristik Perilaku Belajar
Secara implisit dari keterangan di atas, kita dapat mengidentifikasi beberapa ciri perubahan yang merupakan perilaku belajar, diantaranya:
(1)      Bahwa perubahan intensional, dalam arti pengalaman atau praktik atau latihan itu dilakukan dengan sengaja dan disadari dan bukan karena kebetulan.
(2)      Bahwa perubahan itu positif, dalam arti sesuai seperti yang diharapkan (normatif) atau kriteria keberhasilan baik dipandang dari segi siswa (tingkat abilitasnya dan bakat khususnya, tugas perkembangan, dan sebagainya) maupun dari segi guru (tuntutan masyarakat orang dewasa sesuai dengan tingkatan standar kulturnya).
(3)      Bahwa perubahan itu efektif, dalam arti membawa pengaruh dan makna tertentu  bagi pelajar itu (setidak-tidaknya sampai batas waktu tertentu) relative tetap dan setiap saat diperlukan dapat direproduksi dan digunakan seprti dalam pemecahan masalah, baik dalam ujian, ulangan dan sebagainya maupun dalam penyesuaian diri dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya.
c) Makna Manifestasi Perbuatan Belajar
Meskipun terdapat titik temu antara berbagai pendapat para ahli mengenai apa itu hakikat, atau esensi dari perbuatan belajar, ialah perubahan perilaku dan pribadi, namun mengenai apa sesungguhnya yang dipelajari dan bagaimana manifestasinya tetap masih merupakan masalah ynag mengundang interpretasiyang paling fundamental mengenai hal ini ialah terletak pada dasar pandangan yang dipergunakan. Secara singkat dari berbagai pandangan itu dapat dirangkumkan bahwa yang dimaksud dengan perubahan dalam konteks belajar itu dapat bersifat fungsional atau structural, material dan behavioral, serta keseluruhan pribadi, sebagai berikut:
1.      Belajar merupakan perubahan fungsional. Hasil belajar dalam bidang tertentu akan dapat ditransferkan ke bidang-bidang lain. Dalam versi mutakhir teori ini kita temukan sebagai teori cognitive yang dikembangkan oleh Paget.
2.      Belajar merupakan perkayaan materi pengetahuan dan atau perkayaan pola-pola respon perilaku baru. Belajar diartikan sebagai suatu proses pengisian jiwa dengan pengetahuan dan pengalaman yang sebanyak-banyaknya dengan melalui hafalan (memorizing). Pelajar tidak perlu selalu mengerti apa yang dihafalkannya. Yang penting diperoleh tanggapan dan pengalaman sebanyak mungkin. Yang nantinya akan berfungsi sendirinya dengan melalui hukum-hukum asosiasi (persamaan, perlawanan, bersamaan waktunya dan sebagainya). Belajar dalam konteks ini dapat diartikan sebagai proses memperoleh pengetahuan dalam pengalaman bentuk pola-pola sambutan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor.
3.      Belajar merupakan perubahan perilaku dan pribadi secara keseluruhan. Belajar bukan hanya bersifat mekanis dalam kaitan stimulus respon, melainkan perilaku organisme sebagai totalitas yang bertujuan. Keseluruhan itu lebih penting daripada hanya bagian. Dengan kata lain, meskipun yang dipelajarinya itu hal yang bersifat khusus, mempunyai makna bagi totalitas pribadi individu yang bersangkutan.

Dari ketiga pandangan di atas kita dapat simpulkan bahwa perbuatan dan hasil belajar itu mungkin dapat dimanifestasikan dalam wujud:
(1)    Pertambahan materi pengetahuan yang berupa fakta; informasi; prinsip atau hukum atau kaidah prosedur atau pola kerja atau teori sistem nilai-nilai dan sebagainya.
(2)    Penguasaan pola-pola perilaku kognitif (pengamatan) proses berpikir, mengingat atau mengenal kembali, perilaku afektif (sikap-sikap apresiasi. Penghayatan dan sebagainya), perilaku psikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif.
(3)    Perubahan dalam sifat-sifat kepribadian baik yang tangible (nyata, konkrit) maupun yang intangible.
B.     Pengertian dan Fungsi Mengajar
a) Pengertian Mengajar
Definisi dari kata mengajar sangatlah beragam. Suatu pendapat menjelaskan mengajar sebagai sebuah pekerjaan transformatif yang dilakukan seorang guru atau suatu tim dalam rangka mengoptimalkan pencapaian tingkat kematangan (maturity) dan tujuan belajar anak didik (E. Tarjo, 2004). Pendapat lain menjelaskan bahwa mengajar sebagai upaya menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar (N. Nasution, 1993).
Mengajar dapat diartikan menata berbagai kondisi belajar secara pantas. Kondisi yang ditata itu adalah kondisi eksternal siswa. Termasuk di dalam kondisi eksternal ini adalah komunikasi verbal guru terhadap siswa. Dengan demikian kunci utnuk proses mengajar itu terletak pada penataan dan perancangan lingkungan yang memungkinkan siswa dapat berinteraktif, maksudnya ialah terjadinya hubungan timabl balik personal anak dan lingkungan. Siswa dapat berinteraksi apabila telah tercapai perkembangan dan kematangan psikologisnya yang merupakan hasil dari kesdaran yang mereka lakukan atas kontak mereka dengan lingkungan dunia fisik dan sosialnya.

b) Fungsi mengajar
Menurut Drs. Enday Tarjo (2004) fungsi mengajar dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.  Menerangkan dan memberi informasi
2.  Mendorong inisiatif, mengarahkan pelajaran dan mengadministrasikannya
3.  Menciptakan kelompok-kelompok belajar
4.  Menciptakan suasana belajar yang aman
5.  Menjelaskan sikap, kepercayaan dan masalah
6. Mencari kesulitan-kesulitan belajar agar para siswa dapat memecahkannya sendiri
7.  Membuat penjabaran dari kurikulum
8.  Mengevaluasi hasil belajar, mencatat dan melaporkannya
9.  Memperkaya kegiatan belajar
10. Mengelola kelas
11. Mempartisipasikan kegiatan sekolah
l2.  Merpartisispasikan diri di dalam kehidupan personal
Menurut poin-poin di atas mengajar merupakan kegiatan guru untuk membantu dan mendorong siwa dalam belajar, atau menyediakan kondisi yang kondusif agar siswa termotivasi untuk belajar.
c) Keterampilan Dasar Mengajar
Keterampilan mengajar mencakup keterampilan dasar dan keterampilan lanjutan. Keterampilan dasar mengajar merupakan keterampilan pokok yang wajib dimiliki guru; sedangkan keterampilan lanjutan berkaitan dengan seni mengajar, yaitu kehandalan guru dalam melaksanakan pembelajaran secara optimal yang menyebabkan siswa termotivasi belajar. Yang termasuk Keterampilan Dasar Mengajar menurut Turney (1973) ada 8 (delapan) yakni :
1. Ketrampilan Bertanya
Ada yang mengatakan bahwa “berpikir itu sendiri adalah bertanya”. Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang di berikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir. Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif. Pertanyaan yang baik di bagi manjadi dua jenis, yaitu pertanyaan menurut maksudnya dan pertanyaan menurut taksonomo Bloom. Pertanyaan menurut maksudnya terdiri dari : Pertanyaan permintaan ( compliance question), pertanyaan retoris (rhetorical question), pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question) dan pertanyaan menggali (probing question). Sedangkan pertanyaan menurut taksonomi Bloom, yaitu: pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowlagde question), pemahaman (conprehention question), pertanyaan penerapan (application question), pertanyaan sintetis ( synthesis question) dan pertanyaan evaluasi (evaluation question).
Tujuan-tujuan dalam memberikan pertanyaan tersebut adalah:
a.          Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu pokok bahasan.
b.         Memusatkan perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep.
c.          Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar.
d.         Mengembangkan cara belajar siswa aktif.
e.          Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi.
f.          Mendorong siswa mengemukakannya dalam bidang diskusi.
g.         Menguji dan mengukur hasil belajar siswa.
h.         Untuk mengetahui keberhasilan guru dalam mengajar.

Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, guru perlu menunjukkan sikap yang baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Dan harus menghindari kebiasaan seperti : menjawab pertanyaan sendiri, mengulang jawaban siswa, mengulang pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan dengan jawaban serentak, menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya dan mengajukan pertanyaan ganda. Dalam proses belajar mengajar setiap pertanyaan, baik berupa kalimat tanya atau suruhan yang menuntut respons siswa sehingga dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, di masukkan dalam golongan pertanyaan. Ketrampilan bertanya di bedakan atas ketrampilan bertanya dasar dan ketrampilan bertanya lanjut.
Ketrampilan bertanya dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan. Komponen-komponen yang di maksud adalah : Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singakat, Pemberian acuan, pemusatan, Pemindah giliran, Penyebaran, Pemberian waktu berpikir dan pemberian tuntunan.
Sedangkan ketrampilan bertanya lanjut merupakan lanjutan dari ketrampilan bertanya dasar yang lebih mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan berpikir siswa, memperbesar pertisipasi dan mendorong siswa agar dapat berinisiatif sendiri. Ketrampilan bertanya lanjut di bentuk di atas landasan penguasaan komponen-komponen bertanya dasar. Karena itu, semua komponen bertanya dasar masih dipakai dalam penerapan ketrampilan bertanya lanjut. Adapun komponen-komponen bertanya lanjut itu adalah : Pengubahan susunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, Pengaturan urutan pertanyaan, Penggunaan pertanyaan pelacak dan peningkatan terjadinya interaksi.
2. Ketrampilan Memberikan Penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Penggunaan penguatan dalam kelas dapat mencapai atau mempunyai pengaruh sikap positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan kegiatan belajar serta membina tingkah laku siswa yang produktif. Ketrampilan memberikan penguatan terdiri dari beberapa komponen yang perlu dipahami dan dikuasai penggunaannya oleh mahasiswa calon guru agar dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan sistematis.
Komponen-komponen itu adalah :
a)      Penguatan verbal, diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya.
b)      Penguatan non-verbal, terdiri dari penguatan berupa mimik dan gerakan badan, penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda dan penguatan tak penuh, seperti “yah, jawabanmu sudah baik tetapi masih perlu disempurnakan”. Penggunaan penguatan secara evektif harus memperhatikan tiga hal, yaitu kehangatan dan evektifitas, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respons yang negatif.
3. Ketrampilan Mengadakan Variasi
Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang di tujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, serta penuh partisipasi. Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pengajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen, yaitu :
a)      Variasi dalam cara mengajar guru, meliputi : penggunaan variasi suara (teacher voice), Pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence), mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and movement), gerakan badan mimik: variasi dalam ekspresi wajah guru, dan pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak guru ( teachers movement).
b)      Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran. Media dan alat pengajaran bila ditunjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba. Adapun variasi penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut : variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids), variasi alat atau bahan yang dapat didengart (auditif aids), variasi alat atau bahan yang dapat diraba (motorik), dan variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat dan diraba (audio visual aids).
c)      Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya. Penggunaan variasi pola interaksi dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan.
4. Ketrampilan Menjelaskan
Yang dimaksud dengan ketrampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Keterampilan menjelaskan sangat penting bagi guru karena sebagian besar percakapan guru yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman siswa adalah berupa penjelasan. Penguasaan keterampilan menjelaskan yang didemonstrasikan guru akan memungkinkan siswa memiliki pemahaman yang mantap tentang masalah yang dijelaskan, serta meningkatnya keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Secara garis komponen keterampilan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
1.   Merencanakan materi penjelasan yang mencakup:
a.   menganalisis masalah,
b.   menentukan hubungan, serta
c.   menggunakan hukum, rumus, dan generalisasi yang sesuai.
2.  Menyajikan penjelasan, yang mencakup:
a.   kejelasan, yaitu keterampilan yang erat kaitannya dengan penggunaan bahasa lisan,
b.   penggunaan contoh dan ilustrasi, yang bisa dilakukan dengan pola induktif atau deduktif,
c.   pemberian tekanan yang dapat dilakukan dengan berbagai variasi gaya mengajar, dan membuat struktur sajian, dan
d.   balikan, yang bertujuan untuk mendapat informasi tentang tingkat pemahaman siswa, baik melalui pertanyaan mapun melalui tugas.
5. Ketrampilan Membuka dan Menutup pelajaran
Yang dimaksud dengan membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar.
Kemungkinan penggunaan keterampilan membuka dan menutup pelajaran dalam proses belajar-mengajar, sangat erat berkaitan dengan tujuan prinsip-prinsip membuka dan menutup pelajaran yang diuraikan berikut ini:
1. Tujuan
Kegiatan membuka dan menutup pelajran yang dilakukan dengan baik akan berpengaruh poeitif terhadap proses dan hasil belajar-mengajar. Pengaruh positif itu antara lain:
·      Tumbuhnya perhatian motivasi siswa untuk menghadapi tugas yang akan dikerjakan 
·      Mengetahui batas tugas yang akan dikerjakan 
·      Mempunyai gambaran jelas tentang pendekatan-pendekatan yang mungkin diambil dalam mempelajari bagian-bagian dari pelajaran
·      Mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang telah dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dipelajari 
·      Dapat menghubungkan konsep, fakta, ketrampilan atau konsep yang tercakup dalam suatu pristiwa.
Siswa mengetahui tingkat keberhasilan dalam mempelajari pelajaran itu, sedangkan guru dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mengajar.
2. Prinsip Penggunaan 
Sebagaimana keterampilan mengajar lainnya, ada prinsip-prinsip yang mendasari penggunaan komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran yang harus dipertimbangkan oleh guru. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut:
·         Bermakna 
Dalam usaha menarik perhatian atau dalam memotivasi, guru hendaknya memilih yang relevan dengan isi dan tujuan pelajaran. Cara atau uasaha yang sifatnya dicari-cari atau dibuat-buat hendaknya dihindarkan. Cerita singkat atau lawakan yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran mungkin sementara bisa memikat siswa tetapi gagal di dalam mewujudkan kelangsungan penguasaan pelajaran.
·         Berurutan dan berkesinambungan 
Aktivitas yang ditempuholeh guru dalam memperkenalkan dan merangkum kembali pokok-pokok penting pelajaran hendaknya merupakan bagian dari kesatuan yang utuh. Dalam mewujudkan prinsip berurutan dan berkesinambungan ini perlu diusahakan suatu susunan yang tepat, berhubungan dengan minat siswa, ada kaitan yang jelas antara satu bagian dengan bagian yang lainnya, atau ada kaitannya dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa..
Komponen ketrampilan membuka dan menutup pelajaran meliputi:
a.   Membuka Pelajaran
Awal pelajaran atau awal setiap penggal kegiatan dalam inti pelajaran guru harus melakukan kegiatan membuka pelajaran. Komponen keterampilan membuka pelajaran itu meliputi : menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasI, materi acuan dan membuat kaitan. Tiap komponen terdiri dari beberapa kelompok aspek dan kegiatan yang saling berhubungan. Sebagai keterampilan maka sifatnya integrative dan ada beberapa komponen yang tumpang tindih. Komponen-komponen dan aspek-aspeknya itu adalah sebagai berikut.
1. Menarik Perhatian Siswa
Cara yang dapat dipergunakan :
a. Gaya Mengajar Guru
Perhatian siswa dapat ditimbulkan dengan memvariasikan gaya mengajar guru. Contoh: guru memilih posisi di kelas dan memilih kegiatan yang berbeda dari biasanya dia kerjakan dalam membuka pelajaran. Kali ini guru berdiri di tengah-tengah kelas untuk bercerita atau menyampaikan informasi awal mengenai materi yang akan diajarkan, pada kesempatan lain mungkin guru berdiri di belakang atau di muka kelas lalu bercerita dengan ekspresi wajah yang meyakinkan.
b. Penggunaan Alat Bantu Mengajar
Guru dapat menggunakan alat-alat bantu mengajar seperti gambar, model, skema, dan sebagainya untuk menarik perhatian siswa. Dengan digunakannya alat-alat bantu mengajar itu, disamping dapat menarik perhatian siswa, dapat pula menimbulkan motivasi dan memungkinkan terjadi kaitan antara hal yang telah diketahui dengan hal baru yang akan dipelajari.
c. Pola Interaksi Yang Bervariasi.
Variasi pola interaksi guru-siswa yang biasa, seperti guru menerangkan siswa mendengarkan atau guru bertanya siswa menjawab, hanya dapat menimbulkan rangsangan permulaan saja. Siswa belum sepenuhnya dapat memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang akan dipelajari. Oleh karena itu agar siswa dapat tertarik perhatiannya guru hendaknya mengadakan pola interaksi yang bervariasi dalam menyelenggarakan proses belajar-mengajar. Seperti misalnya, guru memberi perintah siswa mengerjakan perintah itu, siswa berinteraksi dengan siswa lainnya dalam diskusi kelompok kecil atau dalam suatu eksperimen, guru mengemukakan masalah yang menarik ke seluruh kelas lalu siswa diminta mengemukakan pendapat mereka, atau guru menunjukkan barang yang bisa ditonton seperti model-model yang ada manfaatnya lalu siswa diminta untuk melihatnya secara bergiliran baik secara berkelompok atau sendiri-sendiri.
2. Menimbulkan Motivasi
Sedikitnya ada 4 cara untuk menimbulkan motivasi siswa, yaitu :
a. Dengan Hangat dan Antusias
Guru hendaknya bersikap ramah, antusias, bersahabat dan hangat. Sebab sikap yang demikian itu dapat menimbulkan faktor-faktor dari dalam yang mendorong tingkah laku dan kesenangan dalam mengerjakan tugas sehingga motivasi siswa akan timbul.
b. Menimbulkan Rasa Ingin Tahu
Guru dapat meningkatkan motivasi siswa dengan cara menimbulkan rasa ingin tahu dan keheranan pada siswa. Misalnya, dengan menceritakan pada siswa sejarah phytagoras yang dapat menimbulkan pertanyaan, menunjukkan suatu gambar atau mendemonstrasikan suatu peristiwa. Lalu guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan cerita, gambar, atau peristiwa tersebut. Cara-cari ini sangat baik untuk menimbulkan motivasi siswa.
c. Mengemukakan ide yang bertentangan
Untuk menimbulkan motivasi siswa, guru dapat melontarkan ide yang bertentangan dengan mengajukan masalah atau kondisi diri kenyataan sehari-hari . Contoh : kita tahu bahwa segitiga merupakan bangun datar yang dibatasi oleh tiga sisi, Lalu mengapa tower seluler dibangun oleh kumpulan segitiga-segitiga?
d. Dengan Memperhatikan Minat Siswa.
Menyesuaikan topik pelajaran dengan minat siswa karena motivasi dan minat dipengaruhi oleh faktor-faktor jenis kelamin, umur, sosial ekonomi dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam menentukan aktivitas yang harus dipilih oleh guru bagi siswa suatu sekolah perlu dipertimbangkan faktor-faktor tersebut. Misalnya, siswa tersebut menganalisis bangunan yang ada di sekitar mereka, atau kendaraan-kendaraan yang lewat, dan sebagainya adalah sangat menarik minat mereka.
3. Memberi Acuan (Structuring)
Yaitu usaha untuk mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkaian alternatif yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang akan dipelajari dan cara yang hendak ditempuh dalam mempelajari materi pelajaran tersebut. Untuk itu cara yang dilakukan adalah :
a.    Mengemukakan tujuan dan batas tugas
Guru hendaknya terlebih dahulu mengemukakan tujuan pelajaran dan batas-batas tugas yang harus dikerjakan oleh siswa agar mereka memperoleh gambaran yang jelas tentang ruang lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari serta tugas-tugas yang harus dikerjakan. Contoh : misal ada tiga buah gambar segitiga siku-siku dengan posisi sisi miring yang berbeda di tiap segitiga. Siswa disuruh mengamati ketiga gambar segitiga tersbut dan menyimpulkan apa yang dilihatnya.
b.Menyarankan Langkah-Langkah Yang Akan dilakukan
Tujuannya adalah agar dalam pelajaran siswa akan terarah usahanya dalam mempelajari materi dan tugas jika guru memberi saran dan langkah-langkah kegiatan yang dilakukan misalnya : Guru : tugas kalian adalah membuktikan rumus volum kerucut. Langkah yang harus dikerjakan adalah:
·      Buatlah model kerucut tanpa bidang alas dari kertas karton
·      Buatlah model tabung dari kertas manila
·      Isilah kerucut sampai penuh denagn pasir/beras
·      Tuangkan beras/pasir tersebut ke model tabung
·      Ulangi kegiatan tersebut sampai tabung penuh dengan pasir/beras
·      Apa yang dapat anda simpulkan?
c. Mengingatkan Masalah Pokok Yang Dibahas
Dengan mengingatkan siswa untuk menemukan hal-hal yang positif dari sifat suatu konsep, tanda, media, hewan dan lain-lain. Selain itu siswa perlu diingatkan untuk menemukan hal negatif yang hilang atau kurang lengkap. Contoh : Periksalah bangun-bangun datar berikut ini. Tentukan bangun datar mana yang termasuk ke dalam jajar genjang. Dan jelaskan mengapa bangun datar yang lain tidak termasuk ke dalam jajar genjang?
d. Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan diajukan guru sebelum mulai menjelaskan materi pelajaran akan mengarahkan siswa dalam mengantisipasi isi pelajaran yang akan dipelajari. Contoh : Sebelum mulai mempelajari tentang mean, median dan modus, guru akan menanyakan tentang data tunggal untuk membantu siswa memahami dari mean, median, dan modus tersebut (apersepsi).
4. Membuat Kaitan
jika guru akan mengerjakan materi baru perlu menghubungkan dengan hal yang telah dikenal siswa atau pengalaman atau minat dan kebutuhanya untuk mempermudah pemahaman. Hal-hal yang telah dikenal, pengalaman, minat dan kebutuhan inilah yang disebut dengan bahan pengait. Contoh : Usaha guru untuk membuat kaitan :
a)   Permulaan pelajaran guru meninjau kembali sejauh mana materi sebelumnya telah dipahami dengan mengajukan pertanyaan atau merangkum inti materi pelajaran terdahulu secara singkat.
b)   Guru membandingkan atau mempertentangkan dengan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diketahui. Hal ini dilakukan jika pengetahuan baru erat kaitanya dengan pengetahuan lama yang telah dikuasai. Contoh : Guru lebih dahulu mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang pengurangan sebelum mengerjakan pembagian.
c)   Guru menjelaskan konsepnya atau pengertiannya lebih dahulu sebelum mengerjakan bahan secara terperinci. Hal ini dilakukan karena bahan pelajaran yang akan dijelaskan sama sekali baru.  Contoh : guru lebih dahulu menjelaskan pengertian turunan sebelum ia menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan integral.
b.   Menutup Pelajaran
Menjelang akhir pelajaran atau akhir setiap penggal kegiatan guru harus melakukan kegiatan menutup pelajaran, agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok materi pelajaran yang telah dipelajari. Cara yang dapat dilakukan adalah :
1. Meninjau Kembali 
·      Akhir kegiatan guru harus meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan sudah dipahami oleh siswa, kegiatan ini meliputi :
Merangkum inti pelajaran. Misalnya : siswa diminta membuat rangkuman secara lisan tentang pelajaran yang beru dipelajarinya, jika rangkuman yang dibuat siswa itu salah atau kurang sempurna, guru harus membenarkan rumusan tersebut. 
·      Membuat ringkasan (dimaksudkan dengan adanya ringkasan siswa yang tidak memiliki buku atau yang terlambat bisa mempelajarinya kembali). Misalnya : setelah siswa mempelajari secara individual tentang kubus, guru meminta siswa menyebutkan inti materi yang dipelajari. Sementara itu guru menuliskan inti materi pelajaran yang ditemukan siswa-siswa di papan tulis. 
2. Mengevaluasi 
Salah satu upaya untuk mengetahui apakah siswa sudah mendapatkan pemahaman yang utuh terhadap konsep yang dijelaskan adalah dengan evaluasi. Bentuk-Bentuk Evaluasi Itu Meliputi :
a. Mendemonstrasikan ketrampilan
Contoh : misalnya setelah siswa membuat kerangka kubus, guru dapat meminta siswa untuk menjelaskan komponen yang ada dalam kubus tersebut.
b. Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
Contoh : setelah guru menerangkan persamaan kuadrat siswa disuruh menyelesaikan soal persamaan.
c.    Mengekpresikan pendapat siswa sendiri
Guru dapat meminta komentar tentang keefektifan suatu demontrasi yang dilakukan guru atau siswa lain. Contoh : misalnya, setelah penje;asan seorang siswa mendemonstrasikan sisi miring di depan kelas, lalu siswa lain diminta untuk mengemukakan pendapat mereka tentang sisi miring yang sudah dijelaskan tadi.
d.   Soal-soal tertulis
Guru dapat memberikan soal-soal tertulis untuk dikerjakan siswa. Soal-soal tertulis itu dapat berbentuk uraian maupun tes objektif, dan melengkapi lembaran kerja.
6. Ketrampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa.
Guru perlu menguasai keterampilan membimbing diskusi kelompok 
musyawarah (diskusi) sudah membudaya dalam masyarakat Indonesia, 
tiap warga negara Indonesia diharapkan memiliki keterampilan, 
keterampilan berdiskusi memimpin diskusi tidak dibawa sejak lahir, serta 
diskusi punya peran khusus dalam pencapaian, tujuan pendidikan yang bersifat pembentukan sikap, nilai, kebiasaan, dan keterampilan. 
Diskusi kelompok kecil dapat terjadi jika syatat-syarat berikut dapat dipenuhi 
1.      Jumlah anggota kelompok 3 - 9 orang  
2.      Terjadinya tatap muka informal 
3.      Ada tujuan yang ingin dicapai 
4.      Berlangsung secara sistematis 
Komponen keterampilan membimbing diskusi kecil terdiri dari: 
1.      Memusatkan perhatian 
2.      Memperjelas masalah/urusan siswa 
3.      Menganalisis pandangan siswa 
4.      Meningkatkan uraian siswa 
5.      Menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan 
6.      Menutup diskusi. 
Agar dapat menerapkan keterampilan di atas secara efektif, guru harus memperhatikan beberapa hal antara lain: 
1.      Kesesuaian diskusi dengan topik bidang studi yang dibahas
2.      Kekuatan dan kelemahan diskusi dalam kegiatan belajar-mengajar 
3.      Perencanaan dan persiapan yang matang 
4.      Iklim diskusi yang terbuka dan bersahabat, dan 
5.      Pemilihan topik diskusi yang tepat 
7. Ketrampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dalam melaksanakan ketrampilan mengelola kelas maka perlu diperhatikan komponen ketrampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat prefentip) berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran, dan bersifat represif ketrampilan yang berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
Pengelolaan kelas mengacu kepada pengaturan orang dan barang yang memungkinkan terciptanya dan terpeliharanya kondisi belajar yang optimal. Kondisi belajar yang optimal sangat menentukan keberhasilan kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu guru perlu menguasai keterampilan untuk menciptakan kondisi yang optimal tersebut. 
Dalam kegiatan belajar-mengajar dapat dibedakan dua masalah yaitu masalah instruksional dan masalah pengelolaan. Guru harus dapat membedakan kedua masalah tersebut agar dapat menanganinya secara tepat. Masalah instruksional harus diselesaikan secara instruksional, sedangkan masalah pengelolaan harus diselesaikan secara pengelolaan. 
Komponen keterampilan mengelola kelas terdiri dari 2 kelompok, yaitu keterampilan yang bersifat preventif dan keterampilan yang bersifat represif. Keterampilan yang bersifat preventif berkaitan dengan usaha mencegah terjadinya gangguan, yang dapat ditunjukkan dengan: 
1.      Sikap tanggap 
2.      Membagi perhatian 
3.      Memusatkan perhatian kelompok 
4.      Memberikan petunjuk yang jelas 
5.      Menegur, dan 
6.      Memberi penguatan 
Keterampilan yang bersifat represif, berkaitan dengan usaha mengatasi gangguan yang muncul, yang dapat dilakukan melalui 3 pendekatan. modifikasi tingkah laku, yang mencakup :
1.      Meningkatkan tingkah laku yang diharapkan, 
2.      Mengajarkan tingkah laku baru, dan 
3.      Mengurangi/menghilangkan tingkah laku yang tidak diharapkan. 
Pengelolaan kelompok, yang menekankan pemecahan masalah melalui diskusi kelompok.  menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah. agar dapat mengelola kelas secara efektif guru harus memperhatikan beberapa hal di samping menghindari sejumlah perilaku yang di mudah menimbulkan  gangguan.   
8. Ketrampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3 s/d 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa.
Komponen ketrampilan yang digunakan adalah: ketrampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, ketrampilan mengorganisasi, ketrampilan membimbing dan memudahkan belajar dan ketrampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Diharapkan setelah menguasai delapan ketrampilan mengajar yang telah dijelaskan di atas dapat bermanfaat untuk mahasiswa calon guru sehingga dapat membina dan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan tertentu mahasiswa calon guru dalam mengajar. Ketrampilan mengajar yang esensial secara terkontrol dapat dilatihkan, diperoleh balikan (feed back) yang cepat dan tepat, penguasaan komponen ketrampilan mengajar secara lebih baik, dapat memusatkan perhatian secara khusus kepada komponen ketrampilan yang objektif dan dikembangkannya pola observasi yang sistematis dan objektif.
Dari delapan kompetensi yang telah dijelaskan di atas, yang paling penting bagi guru adalah bagaimana cara guru dapat menggunakan agar proses pembelajaran dapat berjalan baik. Selah satu faktor yang dapat mengukur proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, makin banyaknya jumlah siswa bertanya.
C.  Konsep Dasar Umum mengenai Proses Belajar-Mengajar
Konteks pendidikan formal, di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling strategis guna mewujudkan tujuan institutional yang diemban oleh lembaga tersebut. Dalam rangka pelaksanaan fungsi dan tugas institutional itu, guru menempati kedudukan sebagai figur sentral. Di tangan para gurulah terletak kemungkinan berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan di sekolah, serta di tangan mereka pulalah bergantung masa depan karier para siswa.
Dalam menunaikan perannya yang mahapenting itu, para guru mempunyai tugas-tugas pokok antara lain bahwa ia harus mampu dan cakap merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan membimbing kegiatan belajar mengajar. Dengan kata lain, agar para guru mampu menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya, ia terlebih dahulu hendaknya memahami dengan seksama hal-hal yang bertalian dengan proses belajar mengajar:
1)      Siswa (dengan segala karakteristiknya) yang terus berusaha mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui berbagai kegiatan (belajar) guna mencapai tujuannya sesuai dengan tahapan perkembangan yang dijalaninya;
2)      Tujuan (ialah apa yang akhirnya diharapkan tercapai setelah adanya kegiatan belajar mengajar), yang merupakan seperangkat tugas atau tuntutan atau kebutuhan yang harus dipenuhi atau sistem nilai yang harus tampak dalam perilaku dan merupakan karakteristik kepribadian siswa (seperti yang ditetapkan oleh siswa sendiri, guru atau masyarakat orang dewasa) yang seyogyanya diterjemahkan ke dalam berbagai bentuk kegiatan yang berencana dan dapat dievaluasi (terukur);
3)      Guru (ialah orang dewasa yang karena jabatannya secara formal) selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat (mengajar) sehingga memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar (learning experiences) pada diri siswa, dengan mengerahkan segala sumber (learning resources) dan menggunakan strategi belajar mengajar (teaching-learning strategy) yang tepat (appropriate).
“proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.”
Berdasarkan definisi ini kita hendaknya paham bahwa terjadinya perilaku belajar pada pihak siswa dan perilaku mengajar pada pihak guru tidak berlangsung satu arah (one way system) melainkan terjadi searah timbal balik (interactive, two way traffic system) dimana kedua pihak berperan dan berbuat secara aktif di dalam suatu kerangka kerja (framework) dan dengan menggunakan cara dan kerangka berpikir (frame of reference) yang seyogyanya dipahami dan disepakati bersama. Tujuan (belajar pada pihak siswa dan mengajar pada pihak guru) merupakan titik temu, bersifat mengikat dan mengarahkan kreatifitas kedua belah pihak. Guru dapat dikatakan mengajarnya berhasil kalau perubahan yang diharapkannya, terjadi pada perilaku dan pribadi siswa. Begitu pula dengan siswa dapat dikatakan belajarnya berhasil kalau ia telah mengalami perubahan-perubahan setelah menjalani proses belajar tersebut pada perilaku dan pribadinya seperti yang diharapkan gurunya dan siswa sendiri. Memperhatikan hal-hal di atas, maka dalam konteks PBM ini, terutama dalam kaitannya dengan tiga komponen yang utama itu, minimal ada tiga hal yang hendaknya dipahami oleh guru yaitu tentang:
1. Hakikat atau konsep dasar serta terjadinya perilaku belajar pada diri siswa
2. Kriteria dan cara merumuskan tujuan belajar-mengajar (instruksional) dalam bentuk yang operasional yang dapat dipandang sebagai manifestasi hasil perilaku belajar siswa yang secara langsung dapat diamati dan dapat dievaluasi atau diukur.
Karakteristik utama, termasuk segi-segi kebaikan dan kelemahannya, dari beberapa model strategi belajar mengajar yang umum, serta kriteria yang dapat digunakan utnuk memilihnya bagi keperluan penggunaannya.
D. Ciri Belajar Mengajar
Berikut ini adalah pendapat tentang ciri-ciri belajar mengajar yang dirumuskan dari berbagai sumber:
Belajar-mengajar memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu. Pembelajaran adalah usaha “sadar tujuan”. Dalam belajar mengajar ada suatu prosedur yang terencana, sistematis dan relevan untuk mencapai tujuan belajar. Kegiatan belajar mengajar ditandai oleh suatu penggarapan materi yang khusus. Adanya aktivitas siswa sebagai titik sentral PBM—baik fisik maupun mental. Adanya guru atau sumber belajar, yang berperan sebagai pembimbing.
Dalam KBM ada disiplin, tata tertib, yang harus dipedomani oleh guru maupun siswa. Ada batas waktu dalam proses pencapaian tujuan. Ada evaluasi untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan belajar. Hasil evaluasi digunakan pula sebagai balikan (feedback) bagi penyempurnaan rencana dan kegiatan berikutnya.
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Belajar Mengajar
Dollar and Miller (Loree, 1970:136) mengemukakan bahwa keefektifan dari perilaku belajar mengajar itu dipengaruhi oleh empat hal, yaitu:
(a)    Adanya motivasi, siswa harus menghendaki sesuatu
(b)   Adanya perhatian dan mengetahui sasaran, siswa harus memperhatikan sesuatu
(c)    Adanya usaha atau respon, siswa harus melakukan sesuatu
(d)   Adanya evaluasi dan pemantapan hasil, siswa harus memperoleh sesuatu






BAB III PENUTUP
Kesimpulan

Guru merupakan sosok yang digugu dan ditiru, begitulah falsafah yang sering kita dengar. Program kelas tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan menjadi kegiatan. Untuk itu peranan guru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan diantara murid-murid suatu kelas . Secara etimologi atau dalam arti sempit guru yang berkewajiban mewujudkan suatu program kelas adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau kelas.
Secara lebih luas guru berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak untuk mencapai kedewasaan masing-masing dalam berpikir dan bertindak. Guru dalam pengertian terakhir bukan sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi  pengetahuan tertentu, akan tetapi adalah anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kratif dalam mengarahkan perkembangan akan didik nya menuju sebuah cita-cita luhur mereka. Untuk mencampai hal tersebut diatas maka dibutuhkan ketrampilan-ketrampilan dasar seorang guru dalam mengajar.
Keterampilan mengajar mencakup keterampilan dasar dan keterampilan lanjutan. Keterampilan dasar mengajar merupakan keterampilan pokok yang wajib dimiliki guru; sedangkan keterampilan lanjutan berkaitan dengan seni mengajar, yaitu kehandalan guru dalam melaksanakan pembelajaran secara optimal yang menyebabkan siswa termotivasi belajar.
Proses mengajar merupakan suatu langkah yang akan mengarakan para pengajar untuk membahami (1) konsep dasar prilaku mengajar, di dalam konsep ini menjelaskan tentang pengertian belajar, karaktertistik prilaku  belajar dan makna manifestasi prilaku belajar. (2) Pengertian dan fungsi mengajar, di dalamnya menjelaskan tentang pengertian mengajar, fungsi mengajar dan keterampilan dasar mengajar. (3) Konsep dasar umum mengenai Proses Belajar-Mengajar. (4) Ciri Belajar Mengajar, (5) Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku belajar mengajar.
Dari penjelasan tersebut di atas dijabarkan bahwa keterampilan dasa mengajar terdapat pada pengertian dan fungsi mengajar. Keterampilan Dasar Mengajar menurut Turney (1973) ada 8 (delapan) yakni : Pertama, keterampilan bertanya yang mensyaratkan guru harus menguasai teknik mengajukan pertanyaan yang cerdas, baik keterampilan bertanya dasar maupun keterampilan bertanya lanjut,  Kedua, keterampilan memberi penguatan. Seorang guru perlu menguasai keterampilan memberikan penguatan karena penguatan merupakan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan perhatian. Ketiga, keterampilan mengadakan variasi, baik variasi dalam gaya mengajar, penggunaan media dan bahan pelajaran, dan pola interaksi dan kegiatan. Keempat, keterampilan menjelaskan yang mensyaratkan guru untuk merefleksi segala informasi sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Setidaknya, penjelasan harus relevan dengan tujuan, materi, sesuai dengan kemampuan dan latar belakang siswa, serta diberikan pada awal, tengah, ataupun akhir pelajaran sesuai dengan keperluan. Kelima, keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Dalam konteks ini, guru perlu mendesain situasi yang beragam sehingga kondisi kelas menjadi dinamis. Keenam, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. Hal terpenting dalam proses ini adalah mencermati aktivitas siswa dalam diskusi. Ketujuh, keterampilan mengelola kelas, mencakupi keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, serta pengendalian kondisi belajar yang optimal. Kedelapan, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, yang mensyaratkan guru agar mengadakan pendekatan secara pribadi, mengorganisasi-kan, membimbing dan memudahkan belajar, serta merencanakan dan melaksana-kan kegiatan belajar-mengajar.





DAFTAR PUSTAKA
1.      Fareid Wadjdi, Praktik Mengajar “modul Diklat Calon Widyaiswara . Jakarta; LAN, 2005  ,
2.      Pedoman Microteaching. Jakarta: UNJ; 2007
3.      Moh. Uzer Usman.Menjadi Guru Profesional. PT. Remaja Rosdakarya Baru Bandung: 1990.
4.      Strategi Belajar Mengajar karya Udin S. Winataputra
5.      Buku Pengelolaan Kelas/Drs. ade rukmana, Asep sunary S.Pd, Mpd.
6.      http://www.blogger.com/blog-post-reactions.g?


1 komentar: