Jumat, 16 September 2011

analisis kesalahan kalimat

TUGAS
SINTAKSIS
ANALISIS KESALAHAN KALIMAT




DI SUSUN OLEH
1.      DIAN IRMAYATI                         (E1C109065)
2.      NURUL HIDAYAH          (E1C109076)
3.      INDAH PERMONI SUCI   (E1C109080)
4.      SRI AZMI                          (E1C109082)
5.      KHAIRILIA                       (E1C109063)
6.      WIWIN HANDAYANI      (E1C1090)
7.      SRI SOPIANTI                  (E1C109062)





UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2011

KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ”Analisis Kesalahan Kalimat” ini dapat penulis selesaikan penyusunannya. Makalah ini dibuat oleh penulis agar masyarakat luas khususnya mahasiswa dapat semakin memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang kalimat yang benar sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penyusunan struktur kalimat Bahasa Indonesia.
Dalam makalah ini penulis memberikan penjelasan kepada para pembaca tentang pengertian kalimat, unsur-unsur kalimat dan kesalahan-kesalahan dalam penyusunan kalimat serta bagaimana penyusunan struktur kalimat yang benar. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu yang berguna bagi para pembaca khususnya bagi mahasiswa program studi bahasa yang merupakan calon guru agar dapat mempersiapkan diri menjadi seorang guru yang profesional serta memiliki bekal pengetahuan agar kelak dapat beradaptasi dengan cepat dengan lingkungan sekolah tempatnya mengajar.
Keberhasilan penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan serta arahan dari berbagai pihak, baik itu secara individu maupun secara umum terutama bimbingan dan pengarahan yang tulus dan ikhlas dari dosen mata kuliah Sintaksis, untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritikan dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makala ini.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
                                                                                             
Mataram, 24 Mei 2011

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang
Bahasa Indonesia yang bermutu ialah bahasa Indonesia yang bersih dari kesalahan, baik kesalahan kaidah, logika maupun budaya. Ternyata mahasiswa tidak terlepas dari kesalahan kaidah tata bahasa terutama dalam penulisan kalimat. Untuk itu penulis menganggap perlu melakukan analisis yang berhubungan dengan “Analisis Kesalahan Kalimat” dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan dalam penyusunan  kalimat.
Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi baik lisan maupun tulis. Artinya, bahwa bahasa adalah suatu alat untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kemauan yang murni manusiawi dan tidak instingtif, dengan pertolongan sistem lambang-lambang yang diciptakan dengan sengaja (Prastyoningsih, 2001:22). Penyampaian informasi atau pesan tersebut tentunya dengan menggunakan kalimat. Maka, agar pesan yang disampaikan oleh penutur dapat diterima oleh penerima hendaknya perlu memperhatikan penyusunan kalimat yang benar.
Mahasiswa sebagai orang terpelajar  telah mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk mempelajari penggunaaan kalimat. Hal ini memiliki konskuensi, bahwa  mereka harus mampu menggunakan bahasa baku dalam berbagai kepentingan yang bersifat resmi baik tulis maupun lisan. Hal ini wajar  karena tanpa kalimat yang yang benar  gagasan dan pikiran yang akan  disampaikan penulis kepada pembaca bisa salah tafsir.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Selanjutnya Werdiningsih (2006:77-78) menjelaskan bahwa kalimat adalah serangkaian kata yang tersusun secara bersistem sesuai dengan kaidah yang berlaku untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan yang ralatif lengkap. Kesatuan kalimat dalam bahasa tulis dimulai dari penggunaan huruf kapital pada awal kalimat dan diakhiri dengan pengunaan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya pada akhir kalimat.
Dalam pengertian itu, ciri bersistem dan lengkap sangatlah penting karena kehilangan ciri ini akan menyebabkan rangkaian kata yang tersusun tidak memenuhi syarat sebuah kalimat. Rangkaian kata yang demikian tidak bisa mendukung gagasan, pikiran, atau perasaan yang akan disampaikan oleh penulis kepada orang lain. Dengan demikian, kalimat yang tersusun menjadi salah.
Ternyata mahasiswa tidak terlepas dari kesalahan-kesalahan yang menyangkut penyusunan kalimat baik syarat kelengkapan, kesejajaran, kebernalaran, kecermatan maupun kegramatikalan. Kesalahan-kesalahan ini dapat menimbulkan gangguan komunikasi. Lebih-lebih bila gagasan tidak terserap oleh pembaca akibat buruknya kalimat-kalimat yang ditulisnya.
Selanjutnya Sumowijiyo dalam Widjayanti (2006:3-4) menjelaskan bahwa menguasai suatu bahasa tentunya akan memahami kalimat-kalimat bahasa tersebut, karena berbahasa itu pada hakekatnya mengucapkan kalimat-kalimat. Kalimat yang diucapkan tadi harus disusun menurut kaidah tata kalimat akan mudah dipahami oleh orang lain sebab kalimat tersebut tersusun secara teratur dan masuk akal.
Di sisi yang lain Samsuri dalam Sumowijoyo (1985:13) mengungkapkan bahwa dalam berbahasa mengucapkan kalimat-kalimat, untuk dapat berbahasa dengan baik, kita harus dapat menyusun kalimat yang baik. Untuk dapat menyusun kalimat yang baik, kita harus menguasai kaidah tata kalimat (sintaksis). Hal ini disebabkan tata kalimat menduduki posisi paling penting dalam ilmu bahasa.

1.2.    Masalah
  1.  Apa pengertian kalimat?
  2. Apa yang termasuk unsur-unsur dalam kalimat ?
  3.  Bagaimana kesalahan dalam penulisan kalimat?
1.3.    Tujuan
a.       Mengetahiu pengertian kalimat.
b.      Mengetahui unsur-unsur dealam kalimat.
c.        Mengetahui kesalahan suatu kalimat.
1.4.    Manfaat
a.       Sebagai bahan pelajaran tambahan bagi mahasiswa dalam proses belajar.
b.      Sebagai salah satu panduan dalam menyusun kalimat yang benar.




















BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kalimat
Kalimat adalah serangaian kata yang tersusun secara bersistem sesuai dengan kaidah yang berlaku untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan yang relatif lengkap. Kalimat terdiri dari konstituen dasar dan intonasi final,sebab konjungsi bila diperlukan (Abdul Chaer,2009: 45). Kesatuan kalimat dalam bahasa tulis dimulai dari penggunaan huruf kapital pada awal kalimat dan diakhiri dengan penggunaan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru pada akhir kalimat.Ramlan (2005: 23) satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik disebut kalimat.
Kalimat bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat dibedakan menjadi kalimat majemuk setara (klausa koordinatif) dan kalimat majemuk bertingkat (klausa subordinatif). Struktur kalimat tunggal terdiri atas tujuh bentuk, yaitu (1) S-P, (2) S-P-O, (3) S-P-Pel, (4) S-P-O-Pel, (5) S-P-K, (6) S-P-O-K, dan (7) S-P-O-Pel-K. Sementara itu, struktur kalimat majemuk setara adalah S-P konjungsi koordinatif + S-P, sedangkan struktur kalimat majemuk bertingkat adalah anak kalimat + induk kalimat atau induk kalimat + induk kalimat. Anak kalimat biasanya berada di bawah payung objek, keterangan, atau subjek sehingga anak kalimat sering pula disebut klausa bawahan, sedangkan induk kalimat merupakan klausa inti
2.2. Unsur Kalimat
Stuktur kalimat dasar bahasa Indonesia sebenarnya sangat sederhana, yaitu hanya berstruktur subjek-predikat (S-P). Namun, struktur itu dapat dikembangkan menjadi (1) subjek-predikat-objek (S-P-O), (2) subjek-predikat-pelengkap (S-P-Pel), (3) subjek-prediket-objek-pelengkap (S-P-O-Pel), (4) subjek-predikat-keterangan (S-P-Ket), (5) subjek-predikat-objek-keterangan (S-P-O-K), dan (6) subjek-predikat-objek-pelengkap-keterangan (S-P-O-Pel-Ket). Subjek dan objek dalam bahasa Indonesia biasanya berupa verba, adjektiva, dan/atau nomina. Keterangan biasanya berupa frasa preposisi atau nomina temporal, sedangkan pelengkap menurut Lapoliwa (1990) dapat berupa nomina (frasa nomina) atau verba (frasa verba). Dalam pengertian ini, ciri bersistem dan lengkap sangatlah penting karena kehilangan kedua ciri itu akan meyebabkan rangkaian kata yang tersusun tidak memenuhi syarat sebuah kalimat. Rangkaian kata yang demikian tidak mendukung  gagasan, pikiran, atau perasaan yang hendak disampaikan oleh penulis kepada orang lain.
2.2.1. Subjek
Subjek adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal atau suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
a)      Ayahku sedang melukis.
b)      Meja direktur besar.
c)      Yang berbaju batik dosen saya.
d)     Berjalan kaki menyehatkan badan.
e)      Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal merupakan subjek. Contoh subjek yang diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada kaimat (a)-(b); Contoh subjek yang diisi oleh klausa terdapat pada kaimat (c); dan contoh subjek yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kaimat (d) dan (e).
2.2.2. Predikat
Predikat adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu klaimat). Selain memberi tahu tindakan atau perbatan subjek, prediakat dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri atau jati diri subjek. Ter,auA juga sebagai predikat dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki subjek. Predikat dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
a)      Kuda meringkik.
b)      Ibu sedang tidur siang.
c)      Putrinya cantik jelita.
d)     Kota jakarta dalam keadaan aman.
e)      Kucingku belang tiga.
f)       Robby mahasiswa baru.
g)      Rumah pak hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal merupakan predikat. Kata meringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan tindakan ibu; cantik jelita pada kalimat (c) memberitahkan keadaan putrinya; dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi Kota Jakarta; belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku; mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan status Robby; dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan. Harap diperhatikan, predikat dalam contoh kalimat (a)-(g) tidak hanya berbentuk kata(meringkik,lima) tetapi juga berbentuk frasa/kelompok kata (sedang tidur, siang, cantik jelita, dalam keadaan aman, belang tiga dan mahasiswa baru).

2.2.3. Objek
Objek adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat. Objek pada umumnya diisi oleh nominal, frasa nominal atau klausa. Letak objek selalu di belakang predikat yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntuk wajib hadirnya objek seperti pada contoh di bawah ini
a)      Mira menimang ...
b)      Arsitek merancang ...
c)      Juru masak menggorang ...
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh di atas adalah predikat yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang melengkapi predikat ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.
Jika predikat diisi oeh verba intransitif, objek tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat objek dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Perhatikan contoh berikut ini !
a)      Nenek mandi
b)      Komputerku rusak
c)      Tamunya pulang
Verba intransitif mandi, rusak, pulang yang menjadi predikat dalam kalimat-kalimat di atas tidak menuntut untuk dilengkapi.

2.2.4. Pelengkap
Pelengkap atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat dan umumnya berada di belakang predikat yang berupa verba.Posisi seoerti itu juga ditempati oleh objek,dan jenis kata yang mengisi pelengkap dan objek juga sama,yaitu dapat berupa nimona,frasa nominal atau klausa. Namun antara pelengkap dan objek terdapat perbedaan yaitu pelengkap tidak bisa dipindahkan kedepan menjadi subjek dalam kalimat pasif,dll.

2.2.5. Keterangan
 Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur keterangan dapat berfungsi menerangkan subjek,predikat dan pelengkap.Posisinya bersifat manasuka.

2.3. Kesalahan Kalimat
Sebuah kalimat dikatakan benar jika dapat mendukung fungsinya sebagai alat komunikasi yang efektif. Maksudnya bahwa kalimat tersebut mampu mengungkapkan gagasan, pikiran, dan gagasan secara jelas sehingga terungkap oleh pembaca sebagaimana yang diinginkan. Berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah data yang terkumpul diperoleh gambaran bahwa terdapat tiga bentuk kesalahan, yaitu (1) kesalahan kelengkapan kalimat, (2) kalimat partisipial dan (3) kalimat tidak logis. Jenis kesalahan tersebut diuraikan sebagai berikut.
2.3.1. Kesalahan Kelengkapan Kalimat
Kalimat  harus memiliki unsur-unsur yang lengkap sesuai dengan pola yang dipilih.menyarankan agar kelengkapan dapat terpenuhi, subjek kalimat harus ada, predikat harus jelas, objek kalimat harus disertakan jika predikatnya berupa kata kerja transitif, pelengkap juga harus disertakan, jika predikatnya berupa kata kerja yang menghendaki pelengkap, dan pemenggalan tidak dilakukan pada kalimat majemuk dengan tanpa mengubah strutrukturnya.
Busri (2002:42-43) menjelaskan bahwa subjek adalah unsur pokok yang terdapat dalam suatu kalimat disamping unsur predikat. Dengan kata lain subjek merupakan elemen atau unsur kalimat yang menjadi pokok pembicaraan yang dijelaskan predikat. Sedangkan predikat merupakan unsur atau elemen kalimat yang memberikan penjelasan tentang subjek atau menerangkan subjek. Bentuk-bentuk kesalahan dalam kelengkapan kalimat,antara lain :
a) Kalimat takbersubjek
Kalimat takbersubjek sering ditemukan dalam bahasa lisan dan bahasa tulis. Kalimat takbersubjek ini kemungkinan disebabkan pemahaman terhadap struktur kalimat baku dalam bahasa Indonesia masih kurang. Berikut ini disajikan beberapa contoh data.
  1. Dengan perubahan zaman telah menuntut para pendidik untuk mencari
metode yang baru.
  1. Menurut pakar lain di bidang marketing menyatakan bahwa pemasaran adalah
sproses memasarkan barang hingga berujud uang.
  1. Dalam debat calon presiden itu memutuskan bahwa anggaran pendidikan di Indonesia akan ditingkatkan sesuai amanat UUD 1945.
  2. Sejak naiknya Megawati ke panggung politik, apalagi dengan jatuhnya Soeharto, telah mengembalikan nama Bung Karno ke permukaan.
Jika contoh tersebut dicermati, tampak bahwa frasa dengan perubahan zaman pada kalimat (1), menurut pakar lain di bidang marketing pada kalimat (2), dan dalam debat calon presiden itu pada kalimat (3) merupakan frasa verba atau verba yang berfungsi sebagai predikat. Sementara itu, para pendidik pada kalimat (1), bahwa pemasaran adalah proses memasarkan barang hingga berujud uang pada kalimat (2), dan bahwa anggaran pendidikan di Indonesia akan ditingkatkan sesuai amanat UUD 1946 pada kalimat (3) berfungsi sebagai objek, sedangkan untuk mencari metode yang baru pada kalimat (1) merupakan frasa preposisi yang berfungsi sebagai keterangan. Secara keseluruhan, struktur kalimat (1-3) itu adalah KPOK pada (1) serta KPO pada (2) dan (3). Padahal, dalam bahasa Indonesia struktur tersebut bukan merupakan struktur yang benar sebab struktur yang benar dalam bahasa Indonesia beberapa di antaranya adalah SPOK dan SPO. Agar ketiga kalimat tersebut menjadi benar, fungsi subjek harus ada dalam ketiga kalimat tersebut. Subjek dalam kalimat bahasa Indonesia tidak dapat didahului preposisi. Jika nomina didahului preposisi, nomina itu akan menjadi frasa preposisi dan frasa preposisi tidak dapat berfungsi sebagai subjek, tetapi berfungsi sebagai keterangan. Oleh karena itu, fungsi keterangan pada awal kalimat dalam ketiga contoh tersebut harus diubah menjadi subjek dengan cara menanggalkan preposisi, atau mengubah predikat verba aktif meng- (meN-) menjadi verba pasif di-.Sedangkan pada Kalimat no (4) tersebut tidak memiliki subyek sehingga tidak jelas siapa yang mengembalikan nama Bung Karno ke permukaan. Karena ada kata depan sejak di depan naiknya Megawati ke panggung  politik (yang mungkin dimaksudkan sebagai subyek oleh penulisnya).Kata depan sejak merupakan penanda keterangan waktu. Kalimat yang benar untuk no (4) adalah Naiknya Megawati ke panggung politik, apalagi dengan jatuhnya Soeharto, telah mengembalikan nama Bung Karno ke permukaan atau Sejak naiknya Megawati ke panggung politik, apalagi dengan jatuhnya Soeharto, nama Bung Karno muncul kembali ke permukaan.
b) Kalimat Takberpredikat
Tuturan di bawah ini tidak memiliki predikat karena tidak ada kata-kata yang menunjuk perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku/bendanya.contoh :
a)      Adik saya yang gendut itu.
b)      Kantor kami yang terletak di Mataram.
c)      Bandung yang terkenal sebagai kota kembang.
Walaupun contoh di atas di tulis persis seperti lazimnya kalimat normal,diawali dengan huruf capital dan di akhiri dengan tanda titik,namun di dalamnya tidak ada satu katapun yang berfungsi sebagai predikat karena tidak ada informasi tentang tindakan,sifat,atau hal lain yang dituntutg oleh predikat. Sehingga contoh tersebut bukan merupakan kalimat,melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.
 c) Kalimat Takberobjek
Kalimat takberobjek sering pula ditemukan dalam bahasa lisan dan bahasa tulis. Kalimat takberobjek ini muncul karena: (1) pemahaman terhadap struktur kalimat baku dalam bahasa Indonesia masih kurang atau (2) terpengaruh penerjemahan yang tidak tepat bahasa asing. Berikut disajia `eberapa contoh.
  1. Menteri Pendidikan mengungkapkan tentang berbagai masalah yang timbul berkenaan dengan pendidikan.
  2.  Pemimpin perusahaan Sanyo di Indonesia sedang membahas mengenai gaji pegawai perusahaan.
  3.  Kami mengharap atas kehadiran para capres pada Debat Para Calon Presiden di kampus kami.
  4.  Pemimpin sidang berhak mengingatkan agar peserta sidang berbicara secara teratur.
Tampak bahwa kalimat tersebut tidak memiliki objek sebab ciri objek biasanya berupa nomina atau frasa nomina. Jika nomina atau frasa nomina didahului preposisi, konstituen itu menjadi frasa preposisi bukan menjadi frasa nomina. Frasa preposisi, hampir dalam semua bahasa, biasanya berfungsi sebagai keterangan dalam kalimat. Jadi, konstituen tentang berbagai masalah yang timbul berkenaan dengan pendidikan pada kalimat (1), mengenai gaji pegawai perusahaan pada kalimat (2), atas kehadiran para capres pada Debat Para Calon Presiden di kampus kami pada kalimat (3), dan agar peserta sidang berbicara secara teratur pada kalimat (4) merupakan frasa preposisi yang berfungsi sebagai keterangan, bukan sebagai frasa nomina yang berfungsi sebagai objek.
Purwo (1985:25–31) dan Verhaar (2001) mengatakan bahwa verba transitif harus langsung diikuti objek. Hal itu mengisyaratkan makna bahwa predikat yang berupa verba transitif harus diikuti objek bukan oleh frasa preposisi. Sehubungan dengan itu, agar struktur keempat kalimat tersebut menjadi benar, fungsi keterangan yang berada di sebelah kanan predikat verba transitif tersebut harus diubah menjadi fungsi objek dengan cara menanggalkan preposisi atau mengubah letak preposisi tersebut menjadi kalimat (8–11) berikut.
  1. Menteri Pendidikan mengungkapkan berbagai masalah yang timbul berkenaan dengan pendidikan.
  2. Pemimpin perusahaan Sanyo di Indonesia sedang membahas gaji pegawai perusahaan.
3. Kami mengharap kehadiran para capres pada Debat Para Calon Presiden di kampus kami.
4. Pemimpin sidang berhak mengingatkan peserta sidang agar berbicara secara teratur.
2.3.2. Kalimat Partisipial
Akhir-akhir ini bentuk kalimat yang berawal dengan verba banyak ditemukan dalam media massa cetak maupun dalam media elektronik, bahkan dalam kehidupan sehari-hari–terutama dalam ragam lisan, baik dalam situasi formal maupun nonformal. Meskipun begitu, para pakar bahasa seperti Hoed (1983), Purwo (1985), Alwi (1998), dan Verhaar (2001) tidak mengakui keberadaan struktur semacam itu. Berikut disajikan beberapa contoh.
  1.  Berbicara kepada Media kemarin di kantornya, Rini Suwandi mengatakan
bahwa dirinya tidak mengenal Nurdin Halid.
  1. Melihat situasi mulai memanas, petugas dari Depnaker mengambil alih
pimpinan dialog.
  1. Ditemani pengacaranya, Fuad Bawazir mengadukan SBY.com dan Tempo
kepada Polri.
Kalimat tersebut bukan merupakan bagian struktur kalimat bahasa Indonesia sebab anak kalimat dalam bahasa Indonesia hanya dapat menduduki fungsi objek, keterangan, atau subjek. Anak kalimat dalam bahasa Indonesia tidak dapat menduduki fungsi predikat. Tampaknya, kalimat tersebut terpengaruh partisipial bahasa Inggris.
1.       Speaking before the students, the Minister stated that there would be no
changes in school curricula.
2.      Following the guidebook, he repairs his computer..
Struktur kalimat  tersebut dalam bahasa Inggris disebut dengan bentuk partisipial atau present participle atau active participle dan struktur semacam itu sangat lazim dalam bahasa Inggris.
2.3.3. Kalimat Tidak logis
Kalimat harus memenuhi syarat kelogisan, yakni hubungan yang masuk akal antarbagian yang hendak dihubungkan atau penggunaan kata-kata yang maknanya sesuai dengan gagasan yang hendak disampaikan. Contoh :
1.      “Walaupun bentuknya mirip kaki, tapi itu tetap sirip,”katanya.
2.      Kabinet Netanyahu yang seharusnya menyelenggarakan sidang pengesahan perjanjian itu 29 Oktober lalu,  ditunda.
3.      Tulisan-tulisan Bung Hatta yang selama ini berserakan berhasil dikumpulkan dalam sembilan jilid besar.
Pada kalimat (1) terdapat kerancuan pikiran yang timbul karena  penggunaan pasangan walaupun...tapi pada kalimat itu Kata walaupun menyatakan “alasan”, sedangkan kata tetapi menyatakan “perlawanan”. Penggabungan kedua kata penghubung itu dalam satu kalimat tentulah menimbulkan hubungan pikiran yang tidak logis.
 Perbaikan kalimat :
“Walaupun bentuknya mirip kaki, itu tetap sirip, ” katanya.
Pada kalimat (2) kerancuan karena tidak jelas apa yang ditunda, apakah kabinet Netanyahu ataukah sidang pengesahan  perjanjian yang ditunda . Letak kerancuan pada kalimat tersebut ada pada kata yang .
Perbaikan kalimat:
Kabinet Netanyahu seharusnya menyelenggarakan sidang pengesahan perjanjian itu pada 29 Oktober lalu, tapi ditunda.
Pada kalimat (3) Struktur kalimat tersebut rancu karena sebenarnya bentuk kalimat itu adalah kalimat pasif  jika dilihat dari predikatnya dikumpulkan. Tetapi karena disisipi  predikat lain yaitu berhasil, kalimat tersebut tidak jelas, apakah aktif  ataukah pasif. Berhasil merupakan penanda predikat kalimat aktif, seperti halnya bermain, bertemu, dan berkelahi.
Kalimat yang benar:
Tulisan-tulisan Bung Hatta yang selama ini berserakan dikumpulkan dalam sembilan jilid besar. 
Terdapat kerancuan dalam menyusun subuah kalimat. Di mana sebuah kalimat yang rancu dapat menyesatkan pembaca. Pesan yang terima oleh pembaca, tidak sesuai dengan pesan yang hendak disampaikan penulis. Dengan demikian, apa yang dikehendaki penulis tidak dapat tersampikan melaui tulisannya. Selain tidak memenuhi syarat ketidaklogisan kalimat di atas juga tidak memperhatikan syarat kecermatan.








BAB III
SIMPULAN
1.1.        Kesimpulan
Kesatuan kalimat dalam bahasa tulis dimulai dari penggunaan huruf kapital pada awal kalimat dan diakhiri dengan pengunaan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya pada akhir kalimat.
Stuktur kalimat dasar bahasa Indonesia sebenarnya sangat sederhana, yaitu hanya berstruktur subjek-predikat (S-P). Namun, struktur itu dapat dikembangkan menjadi (1) subjek-predikat-objek (S-P-O), (2) subjek-predikat-pelengkap (S-P-Pel), (3) subjek-prediket-objek-pelengkap (S-P-O-Pel), (4) subjek-predikat-keterangan (S-P-Ket), (5) subjek-predikat-objek-keterangan (S-P-O-K), dan (6) subjek-predikat-objek-pelengkap-keterangan (S-P-O-Pel-Ket). Subjek dan objek dalam bahasa Indonesia biasanya berupa verba, adjektiva, dan/atau nomina. Keterangan biasanya berupa frasa preposisi atau nomina temporal, sedangkan pelengkap menurut Lapoliwa (1990) dapat berupa nomina (frasa nomina) atau verba (frasa verba).
Terdapat tiga bentuk kesalahan, yaitu kesalahan kelengkapan kalimat yang meliputi kalimat takbersubjek,takberobjek dan takberpredikat,  kalimat tidak logis dan kalimat partisipial.



DAFTAR PUSTAKA

Finoza,Lamuddin.(2004).Komposisi Bahasa Indonesia.Jakarta:Diksi Insan Mulia
Ramlan,M.(2005).Sintaksis.Yogyakarta : UP Karyono
Chaer ,Abdul.(2008).Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan proses).Jakarta:PT
Rineka Cipta.


sintaksis bahasa indonesia


Frase
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Sintaksis
logo FKIP NEW
oleh
1.    Mikyal Fatonah
2.    Putr Irwansyah
3.    Putri Anggraini
4.    Holisa Andini
5.    Iftitah Ida Agustia
6.    Gina Muzayana
7.    Bq. Dina Wulandari
8.    Ni Luh Novi

UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH 
2011
BAB II                                                PEMBAHASAN
1.    FRASE
1.1  Pengertian Frase
Frase ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Artinya frase hanya memiliki satu fungsi saja, baik sebagai S, P, O, PEL, atau KET saja.
Frase merupakan satuan linguistik yang nonpredikatif, lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa atau kalimat. Nonpredikatif maksudnya frase tidak memiliki predikat dalam strukturnya.
Frase mempunyai dua sifat, yaitu:
1.      Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
2.      Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frase itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa, yaitu S, P, O, PEL, atau KET.
Contoh:
Pagi hari memiliki satu fungsi unsur klausa yaitu KET.
Sedang membaca memiliki satu fungsi unsur klausa yaitu P.

Frase berbeda dengan kata majemuk. Frase mempertahankan makna asalnya, sedangkan kata majemuk dapat membentuk makna baru. Misalnya, frase meja hijau akan bermakna meja yang berwarna hijau. Akan tetapi pada kata majemuk, meja hijau dalam bahasa Indonesia lebih bermakna siding atau pengadilan.
           
Jenis-jenis frase:
1.2  Frase Endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya (Ramlan, 2005:142). Frase Endosentris dapat pula diartikan sebagai frase yang distribusi unsur-unsurnya setara dalam kalimat. Maksudnya frase ini berdistribusi paralel (salah satu unsurnya dapat saling menggantikan).
Contoh kalimat:
Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan.
Frase dua orang mahasiswa memiliki distribusi yang sama dengan unsurnya, baik dengan unsur dua orang maupun dengan unsur mahasiswa. Salah satu dari unsur tadi dapat saling menggantikan tanpa memperngaruhi makna kalimat.
·                     dua orang - sedang membaca buku baru di perpustakaan.
·                     - mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan.

Frase Endosentrik dapat dibesakan menjadi tiga golongan, yaitu:
1.    Frase endosentrik koordinatif
Frase endosentrik koordinatif adalah frase yang unsur-unsurnya setara. Kesetaraan itu dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau.
Misalnya, frase suami istri, seolah-olah berbunyi suami dan istri atau suami atau istri.

2.    Frase endosentrik atributif
Frase endosentrik atributif adalah frase yang unsur-unsurnya tidak setara. Unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan oleh kata dan atau atau.
Misalnya, frase sangat bangga, tidak dsapat diartikan sangat dan bangga, atau sangat atau bangga. Kata bangga adalah unsur pusat (UP) yang merupakan unsur terpenting, sedangkan kata sangat adalah unsur atribut (Atr).

3.    Frase endosentrik apositif
Frase endosentrik apositif adalah frase yang urutan komponennya dapat dipertukarkan.
Contoh kalimat:
Ahmad, anak pak Sastro sedang belajar.
Ahmad, - sedang belajar.
-          anak pak Satro sedang belajar.
Ahmad dan anak pak Sastro adalah komponen yang dapat saling dipertukarkan.

1.3  Frase Eksosentrik
Frase Eksosentrik
Frase Eksosentrik adalah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsur-unsurnya (Ramlan, 2005:142). Artinya frase ini berdistribusi komplementer (salah satu unsurnya tidak dapat saling menggantikan).
Contoh kalimat:
Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan.
Frase di perpustakaan adalah frase eksosentrik. Bukti bahwa unsur-unsur ini tidak dapat saling menggantikan:
·                     dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di –
·                     dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru – perpustakaan
secara keseluruhan, frase ini mengisi fungsi keterangan, jadi harus saling melengkapi.


1.4  Frase Nominal, Fase Verbal, Frase Numeralia, dan Frase Preposisi, dan Frase keterangan.
Berdasarkan persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase dapat digolongkan menjadi enam, yaitu.
1.4.1         Frase Nominal
Frase nominal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal. Misalnya, baju baru, mahasiswa baru, kapal terbang itu.

1.4.2         Frase Verba
Frase verba adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan verba. Misalnya, akan pergi, sudah datang, makan dan minum.

1.4.3         Frase Numeralia (bilangan)
Frase bilangan adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata bilangan. Misalnya, tiga ekor, lima botol, tiga puluh kilogram.

1.4.4         Frase Preposisi
Frase preposisi atau frase depan adalah frase yang ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai penanda dan dikuti kata atau kelompok kata (buakn klausa) sebagai petanda.
Contoh:
Penanda (preposisi) + petanda (kata atau kelompok kata)
dari kantor
ke depan rumah

1.4.5        Frase Keterangan yang memiliki distribusi yang sama dengan keterangan. Misalnya, kemarin pagi, tadi sore, sekarang ini.